Track Record  

Posted by VEHO Management in



Pengalaman VEHO
  1. Konser Amal Peduli Jogja tahun 2006 di Makodim 0722 Kudus
  2. Accoustic Roadshow to School bersama Pembacaan Puisi Asa Jatmiko
  3. Pentas Ngabuburit with VEHO Tahun 2006 di Simpang Tujuh Kudus
  4. Pengisi Original Sound Track Sinetron Miniseri Blok D76 di Stasiun ProTV
  5. Pentas Musik Akustik di Acara Workshop Teater STAIN Kudus
  6. Pentas di Ultah Komunitas Motor Upluk & CB (KUC-KCBC) tahun 2006 di Taman Krida Kudus
  7. Pentas Musik Akustik di Ulangtahun Moge UNIMOC tahun 2007 Kudus
  8. Sound of Muria, halaman DPRD Kudus, 2007.
  9. Soundtribute to Muria, sebagai bintang tamu, IAIN Walisong Semarang, 2007.
  10. Talkshow & Live Performance VEHO di Radio PAMIRA FM, Kudus.
  11. 50 Besar LA Lights Indiefest Regional Jogjakarta, tahun 2007.
  12. Talkshow & Live Performance VEHO di Radio POP FM, Pati (01 Desember 2007)
  13. Casparel Uni-Fest, Kolam Pemancingan Honocoroko, Kudus pada 22 Desember 2007.
  14. Konser VEHO & Lentera, memperingati Hari Aids dan Hari Ibu di Studio Pasma, Kudus pada 9 Februari 2008
  15. Konser Musik Akhir Bulan Genap (MABG), Taman Budaya Surakarta, 29 Februari 2008.
  16. Dies Natalies STAIN Kudus, 3 April 2008.
  17. Konser Musik Tanpa Batas, Univ. Muria Kudus, 18 Mei 2008.
  18. Konser 100 Tahun Kebangkitan Nasional, Taman Budaya Surakarta, 20 Mei 2008.
  19. The 3rd VEHO Anniversary, 27 Mei 2008, di Markas VEHO Megawon.
  20. VEHO membuka konser BAND ASAL Australia CUTSICK, di UMK, pada 07 Juni 2008.
  21. Konser Musik Pemberdayaan PRT, di Monumen SO 1 Maret, Jogjakarta, pada 29 Juni 2008.
  22. Talkshow & Live Performance VEHO pada 10 Juli 2008, di Radio PAMIRA FM, Kudus.
  23. Talk show di Radio Suara Kudus 6 Agustus 2008
  24. Pesta Rakyat Kudus dalam rangka perayaan hari kemerdekaan RI bertajuk “Pesta Merah Putih” di alun-alun Kudus 18 Agustus tahun 2008
  25. Festival Sastra Undip Semarang, 23 Agustus 2008
  26. Talk show di manggala FM Kudus dalam rangka sahare event Ngabuburit with VEHO
  27. Ngabubrit with VEHO, halaman parkir depan DPRD Kudus, 14 September 2008
  28. Festival Mata Air, Salatiga, 27 Oktober 2008
  29. Music Perform "Pameran Dagang Kudus" November 2008
  30. LA Light Music Party, UMK, Januari 2009
  31. Guest Star "Jalan Sehat, Semarak Pemilu 2009, by KPUK Kudus" Halaman GOR Kudus, 8 Maret 2009.
  32. Guest Star "Festival Musik Religi, by IPNU-IPPNU Ancab Sukolilo Pati" Halaman Gedung Sultan Agung Pati, 9 Maret 2009.
  33. Guest Star "Festival Musik, by Djarum" GOR Djarum, 14 Maret 2009.
  34. Pelatihan Managerial Group Band. 24 Mei 2009 di Univerisitas Muria Kudus bekerjasama dengan BEM FT UMK. Hadir dalam acara tersebut Rhayu Kerta Wiguna (Presdir Nagaswara Recod) dan Albertus RPA (Pengamat Musik Taman Budaya Surakarta). Peserta berjumlah lebih dari 26 orang yang datang dari Kudus, Pati dan Jepara.

Artikel  

Posted by VEHO Management in

Bahasa Indonesia
di Tangan Musisi Indonesia


Oleh. Asa Jatmiko




Bahasa menunjukan bangsa. Kita selalu menyebutnya demikian, manakala kita mulai mempertimbangkan bahasa sebagai bagian penting dari kehidupan dan dinamika sebuah masyarakat. Dalam aspek sosiologi, bahasa mengejawantah dalam tutur kata yang menyatu bersama kebudayaannya. Dia tidak semata-mata menjadi alat komunikasi, melainkan lebih dari itu, larut di dalam sendi kehidupan masyarakat itu sendiri. Dia tidak sekadar menjadi “penghubung/penyambung” sesuatu informasi, melainkan menjadi darah-daging dari kebudayaan, yang bersamanya pula bahasa menjadi hidup dan berkembang. Pada tingkat ini, bahasa tidak lain adalah ekspresi dari seseorang, kelompok, atau masyarakat itu sendiri. Pada setiap bidang kehidupan, bahasa memiliki ekspresinya masing-masing, untuk mewujudkan pemikiran dan gagasan.
Demikian pula dari aspek hukum, ekonomi dan politik, bahasa sesungguhnya merupakan pencitraan atas suatu pemikiran atau gagasan yang lebih nyata. Tentu saja, dengan caranya masing-masing. Keterwakilan ekspresi yang diampu oleh bahasa menjadikan bahasa bisa berkembang. Dan oleh karena pemakaian bahasa tersebut sudah sedemikian kompleks, ia dengan sendirinya pula memiliki persoalan-persoalan yang lebih kompleks, ketika di dalam bahasa mengandung tersirat nilai-nilai, makna dan pemaknaan. Bahasa memang memiliki energi besar untuk turut mengembangkan cara berpikir, berperilaku, menunjukan/menentukan sikap bagi masyarakatnya. Oleh karena itu, setiap pemakai bahasa memiliki tanggung jawab tidak hanya terhadap pemikiran dan gagasannya, melainkan juga terhadap sisi moral, etika dan estetika.
Fungsi bahasa menjadi sangat penting, apabila kita mempertimbangkan kebudayaan. Karena tanpa bahasa, rangkaian aspek-aspek kehidupan akan terputus, dan bisa jadi akhirnya matilah kebudayaan itu.

Musik merupakan salah satu bahasa yang bersifat universal. Sebuah karya musik dapat diperdengarkan kepada siapapun di dunia ini dengan tidak mengenal batas-batas wilayah, ras, bahasa. Ia hanya membutuhkan indera dengar, selanjutnya adalah bagaimana penikmatannya. Melalui permainan nada-nada maupun tak bernada, dan komposisi ia sedemikian lentur mampu memasuki wilayah estetika selera seseorang.
Bahkan meskipun musik telah mempergunakan lirik sebagai penyampai pesan atau informasi yang lebih spesifik, sama sekali tidak mempengaruhi kemandirian karya musik untuk tetap bisa dinikmati oleh siapapun dimanapun. Tidak jarang sebuah karya musik tetap bisa dinikmati meskipun liriknya mempergunakan bahasa yang sulit atau tidak kita pahami. Begtulah, saya ingin menggambarkan betapa musik memiliki kekuatan untuk masuk dengan ‘jalannya sendiri’ secara merdeka kepada siapapun. Seperti diakui banyak ahli di dunia, bahwa musik mampu ‘mempengaruhi’ wilayah kejiwaan, mengasah kepekaan penikmatnya.

Bagaimana dengan lirik lagu berbahasa Indonesia dalam dunia musik Indonesia? Karena bahasa memiliki peranan penting dalam kebudayaan, dan musik memiliki kekuatan yang unik untuk mampu mempengaruhi kejiwaan dan pemikiran penikmatnya, maka penggunaan bahasa di dalam lirik-lirik lagu juga seharusnya dilihat sebagai sesuatu yang penting. Sekitar tahun 2000, ada sepucuk surat pembaca di sebuah harian yang mengkritisi lirik lagu pada album grup band Slank waktu itu. Pada album tersebut (maaf, saya lupa judul albumnya), yang terbit sebelum para personel Slank “sembuh” dari sengatan narkoba, Slank menuliskan lirik-liriknya dengan begitu vulgar dan seronok. Si pengirim surat pembaca tadi ingin mengingatkan, bahwa lagu-lagu mereka yang dijual secara bebas, kemudian dibeli dan dinikmati oleh para penikmatnya, termasuk anak-anak dimana mereka belum pantas untuk menyerap lirik-liriknya.
Sekarang kita simak juga lagu dari band Wali yang berjudul Dik. Begini salah satu refrainnya: ku akan menjagamu, di bangun dan tidurku, di setiap mimpi dan nyataku. Terlepas enak dan tidaknya lagu tersebut dinikmati, nyatanya lagu tersebutlah yang belakangan ini menjadi salah satu lagu yang paling digemari oleh remaja kita. Kata “bangun” dalam lirik di atas, terdengar janggal, karena tidak selaras pemaknaannya dengan larik-larik berikutnya yang mempergunakan, seperti: mimpi – nyata, kemudian pada baris refrain berikutnya ada “hidup – mati”. Jika diteruskan, band Wali mempergunakan lawan-kata sebagai kekuatan lirik dalam lagu Dik. Sehingga dengan konsepnya sendiri, apabila Wali mempergunakan kata “tidur”, lawan katanya tentu saja bukan “bangun” melainkan “terjaga”. Barangkali bukan di (saat) bangun, melainkan di (saat) terjaga. Karena di dalam kaidah maupun pemakaian umum Bahasa Indonesia, kata yang mengikuti di, ke dan dari lazimnya adalah kata keterangan tempat/situasi, bukan kata kerja.
Saya masih percaya, bahwa pemakaian bahasa Indonesia yang baik tidak akan serta-merta membuat kita menjadi kaku. Ahmad Dhani banyak menelorkan lirik-lirik yang baik, penuh muatan filsafat, puitis, demikian juga membuat lagu-lagu cair dan sedikit ‘kemayu” seperti pada beberapa karyanya yang dinyanyikan oleh Mulan Jameela dan Dewi Dewi. Tetapi Ahmad Dhani tetap menjaga kualitas dan konteks kata-kata yang dipilihnya. Demikian juga dengan beberapa syair lagu dari musisi-musisi kita yang tidak hanya memperhitungkan musikalitas, melainkan juga mempertimbangkan bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di dalam karya-karyanya. Di sinilah peran “pencipta” bahasa dalam lagu, puisi atau karya seni lainnya dalam berkreativitas.
Gejala penggunaan bahasa Indonesia di dalam dunia musik tanah air tidak hanya menyentuh soal ketepatan seorang musisi atau pencipta lagu dalam menentukan pilihan kata. Beberapa grup band malah sepertinya dengan sengaja mempergunakan bahasa-bahasa dengan tidak mempertimbangkan unsur pendidikan di dalamnya. Sekali lagi grup band Wali, misalnya, pada lagu Benci. Di sana ada lirik : “dasar kamu bajingan”. Payahnya, lirik tersebut dijadikan bait refrain, dimana Wali akan mengulang-ulang kalimat itu. Lebih banyak disbanding dengan isi atau tema lagu itu sendiri yang (hanya) mempersoalkan cinta sepasang kekasih. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan makna lirik tersebut kepada anak saya yang masih sekolah dasar, padahal anak saya (sangat) hapal dengan lagu tersebut. Saya tidak habis pikir, bagaimana musisi, pencipta lagu dan juga para produser rekaman menyetujui penggunaan kata-kata yang tidak mendidik itu, yang notabene mereka juga berharap akan dinikmati sebanyak mungkin khalayak?
Musik, menurut saya, sebagaimana karya seni lainnya, memiliki tanggungjawab moral terhadap kebudayaan sebuah bangsa. Terlebih lagi bahwa musik memiliki media khas yang mampu menembus relung hati, dari anak-anak hingga orang tua. Oleh karena betapa egoisnya ketika musisi kita bila mereka tidak memperhitungkan siapa nanti penikmatnya. Mereka semakin kaya dan terkenal (ngetop), dari hasil uang jajan anak-anak remaja kita.
Musik memperkembangkan bahasa. Bahasa menunjukan bangsa. Mari kita bermusik dengan mempergunakan bahasa sebagai alat ekspresi sekaligus kebanggaan dengan mempertimbangkan anak-anak bangsa.
Di bulan bahasa ini, semoga catatan tadi berguna bagi kita semua.

Biodata Singkat:
Asa Jatmiko dilahirkan pada 07 Januari 1976. Menulis puisi, cerpen, essai sastra dan budaya ke berbagai media massa yang terbit di Indonesia, seperti; Kompas, Suara Pembaruan, Bernas, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Suara Merdeka, Lampung Post, Surabaya Post, Bali Post, Media Indonesia, Jawa Pos, Solopos, dan lain-lain.
Karya-karyanya juga termuat berbagai antologi, seperti; Hijau Kelon, Resonansi Indonesia, Grafitti Gratitude, Filantrophi, Trotoar, Tamansari, Gerbong, Jentera Terkasa, Embun Tajalli, Begini Begini dan Begitu, Pasar Kembang, Buku Catatan Perjalanan KSI, dan lain-lain. Selain itu, ia aktif juga di dunia seni pertunjukan (teater), dengan telah menulis naskah drama dan menyutradarai beberapa pentas teater. Karya di bidang teaternya, antara lain; Rekonsiliasi Nawangwulan_Joko Tarub, Performance Art “Dust To Dust”, Parodi Jonggrang Putri Prambatan, LOS (Labours On Stage), Pentas keliling 2 Naskah karya Kirdjomuljo, berjudul Senja dengan Dua Keleawar dan Sepasang Mata Indah. Kemudian bermain dan menyutradarai lakon Hanya Satu Kali, Godlob dan terakhir The Tragedy of Hamlet di Universita Muria Kudus.
Meluangkan waktu untuk pentas tunggal, antara lain; Pembacaan Puisi Keliling SMA selama 2 bulan, kemudian pentas tunggal pembacaan 7 cerpen karya 7 cerpenis Kudus di Hotel Kenari “Cerita-cerita Kota Kretek” dan lain-lain. Dan akhir-akhir ini sedang gandrung dengan penggarapan film, terutama film-film indie. Beberapa karyanya, antara lain; miniseri Blok D76 yang sudah ditayangkan pada bulan Juni 2006 di ProTV, sebuah stasiun televisi lokal. Dan menyusul penggarapan film indie yang bersetting gula tumbu berjudul Sketsa Gelisah Api. Saat ini tengah menggarap sebuah film televisi Rinai Seruni.
Antologi puisi tunggalnya berjudul Pertarungan Hidup Mati dan kaset pembacaan puisi Antifon Burung Api. Kini tengah mempersiapkan buku puisinya yang kedua, berjudul Alienasi yang dilengkapi dengan CD pembacaan puisi Asa Jatmiko.
Kini tinggal di Jalan Kelapa Sawit V/6, Perumahan Megawon Indah, Jati, Kudus telp: 08122872170/80, sembari menjadi sutardara Teater 76, membuat sebuah grup musik indie VEHO dimana ia menjadi pencipta lagu. Saat ini grup band indie tersebut sedang mempersiapkan beberapa show untuk kampanye lingkungan. Kemudian juga mendirikan komunitas Satubumi, sebuah komunitas yang berkegiatan mendokumentasikan karya-karya seni, mengadakan riset dan menjadi event organizer kegiatan-kegiatan kesenian.

Phone : 0291-4249442, Mobile: 08122872170

Alamat Surat Jl. Kelapa Sawit V/6, Perumahan
Megawon Indah, Jati, Kudus,
INDONESIA 59342.
e-mail asajatmiko@gmail.com

Festival Mata Air  

Posted by VEHO Management in

Galeri Foto VEHO di FMA


















Player VEHO tampil dengan kekuatan penuh dan
Aksi Saga, saat memukau ribuan penonton


















Hugh Barcley sedang berdiskusi dengan
player VEHO


















Aksi Soulya



















Taping? Andy memang jagonya........




















Fahmi harus bertenaga ekstra saat VEHO
harus membawakan lima lagu berturut-turut
di top stage FMA